Selasa, 21 Desember 2021

KEPADA YANG MASIH TINGGAL

Terkadang aku sering lupa kalau hidup manusia itu benar-benar sementara. Disambut dengan tangis, direlakan pula dengan tangis.


Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh kita yang masih tinggal adalah mengingat kebaikannya.


Namun, kalau dipikir-pikir lagi setiap satu yang pulang, kita semua diingatkan ulang, hari ini mengenang, besok bisa jadi dikenang.


Benar kata beberapa orang, setiap kematian datang, kita menangisi diri sendiri karena ditinggalkan. Padahal yang pulang bisa jadi jauh lebih tenang.


Kini, kaki-kaki indahnya sudah melangkah..


@kecewa.lama

Senin, 07 Oktober 2019

Oktober 2019

Hari ini cerita lg tentang masa dulu, ketika beban hidup masih tak seberat sekarang, ah apalah, dunia ini memang sepertinya sudah begini sejak dulu, penuh sandiwara, lemahnya kita mudah lunak dengan tipu daya, mudah iba dgn sandiwara.

Lalu kembali bercerita, beberapa tahun lalu, sepertinya blm ada awan kelabu yg terlihat akan mengitari isi kepala, masih terang langitnya, awan awan putih masih terlihat cerah tanpa rona abu mendekati. Tetapi maya, masa tak melulu terang gemilang, ada kala hati dirundung duka menggenang, dimanja pemikiran, tak mau dibuang, jadilah lara dlm hati kian hari kiam dalam.

Aku punya seorang sahabat, ntahlah ia skrg ini sepertinya bukan lg sahabat yg aku kenal, begitu berubah sikapnya, tak lagi ramah, ntah kenapa. Atau aku yg salah menilainya sejak awal? Ah ntah. Makin dipikir makin tak ingin hati menggibahi teman sediri sekalipun dalam pikiran, rasanya muak, hanya pikiran-pikiran negatif yang bermunculan, makin benci, makin dendam. Jadi tiap waktu, tiap kali ia membuatku kesal, aku redam amarah dalam dalam, tak ingin diumbar, biarlah jadi butiran debu yg sekejap tertiup angin lalu samar terhhempas menjauh.

Hari inipun, rasanya jadi orang paling terasing, tak ada yang mau tau bagaimana kabarku, kenapa begitu pilu, kenapa berjaket tebal dihari terik. Aku mulai berfikir, apakah bila waktu dulu aku tak pernah merasai nikmatnya di perhatikan, selalu punya teman-teman yg perhatian, apa masih ada diri seperti sekarang. Atau aku juga termasuk salah satu yang ditelan pahit kehidupan? Menjadi egois pada sesama, tak mau peduli derita yg lainnya? Belakangan rasa syukur pernah menjadi bagian dari masa lalu yg bahagia sering datang, "syukur dulu saya sempat merasai nikmat, syukur sy dulu punya teman-teman yg hebat, syukur sy dulu ditempa dengan baik dan tak dipaksa hanya memikirnya individu, syukur pernah bisa mencintai dan dicintai sahabat-sahabat yg baik".

Sekalipun makin pengap, sekalipun sepertinya mungkin akan mudah untuk terjerembab, aku msh mencoba untuk tetap kuat, menjadi diri yg sebaik-baiknya, tanpa ragu menjadi diri yg apa adanya.

Kamis, 20 Desember 2018

Mana Yang Benar?

Gara-gara manusia manusia itu
Aku jadi manusia yg bukan manusia
Kreatifitas lebur, remuk di jejak oleh mereka
Harusnya kita segera lari
Idealisme mati ditempat seperti ini

Atau, gara-gara kamu sendiri
Kamu jadi manusia yg bukan manusia
Kreatifitas lebur, remuk dijejak oleh ketakutanmu sendiri
Harusnya kamu segera lari
Idealismemu mati ditempat seperti ini

Rabu, 31 Oktober 2018

Sebuah nama

Pada sebuah nama,
Aku menalar rindu itu,
Gemericik tanya bertubi menghujam,
Kenapa padanya rasa itu sampai..?

Dan pada sebuah nama,
Yang terkesan hanya penantian,
Penantian panjang tentang samar,
Ditengah hitam dan terang..

Padanya, sebuah nama..
Teduh itu tak kunjung kukuh,
Menari-nari lelah
Ntah, pada garis mana ingin singgah
Padamu, sebuah nama..
Yg sejak awal begitu asing..






Sabtu, 29 September 2018

Batas Suara


Disini
Sulit sekali jadi manusia yang manusia
Berapa banyak yang paham kalau kita sedang bermain main dengan masa depan
Sadar yang dipikirkan hanya penampilan
Ya, benar. Hanya beberapa..
Hanya kelompok kecil
Dan miris, mereka justru bukan orang-orang berpengaruh
Bukan golongan penguasa
Bukan yang ucapannya dihargai banyak pihak
Padahal pemikiran mereka meluas kedepan
Menjamah banyak aspek
Yang dibicarakannya adalah kebenaran
Tapi suaranya tak bertenaga, senyap dimakan realitas, idealisme mereka luntur karena tak mampu menggoyahkan pikiran kaum-kaum yang picik itu
Yang hanyak mementingkan golongan mereka sendiri
Mencari aman diri sendiri
Tidak sama sekali tentang sesama..

Dan nyatanya memang lebih banyak yang senang bermain-main dengan nasib orang ketimbang mau repot menentang kebobrokan.



 28 September 2018.
dengan penuh gamang, kaum pinggiran.


Kamis, 01 Maret 2018

Diskusi

Aku jenuh..
Mengiring langkah penuh drama akhir-akhir ini,
Suram sekali,
Menjadi putih disatu sisi, kelam disisi sebaliknya..
Aku meraba sunyi, bertanya..
Sejak kapan kamu berubah begini,
Pura-pura riang, lelah bukan?
Pekat hati tak bisa samar lagi,

Dunia hanya segelintir masa yang akan berhenti,
Dibalik batas rona merah dan jingga senja nanti...


Diskusi,
1 Maret 2018.

Senin, 26 Februari 2018

Sebingkai #permulaan

#permulaan

Bermula dari percakapan antar wanita bersama seorang sahabat, aku mulai mengenal TBM Citra Raya.

Percakapan awal yang hanya diisi candaan berubah saat ia mulai bercerita tentang sebuah taman baca yang dikelola oleh seorang yang ternyata bekerja diperusahaan yang sama ditempat kami bekerja. Sejujurnya aku bukan orang yang tau persis apa itu taman baca, tapi setelah stalking ig tbm, sekalipun masih belum tau benar apa saja sih yang menjadi point menarik kegiatan-kegiatan yang berlangsung di sana tapi keinginanku untuk bergabung besar sekali karena alasan rasa jenuh dengan rutinitas kerja yang itu itu saja.

Saat itu, November 2017, seperti kebetulan melihat salah satu postingan di ig tbm yang ternyata sedang merekrut calon-calon relawan baru untuk menunjang keberlangsungan kegiatan di taman baca tersebut. Aku yang sedang mencari-cari kegiatan baru selepas sidang skripsi mengajak tika untuk mendaftar, mulanya ia menolak karna memang masih harus mengemban tanggung jawab skripsinya yg belum kelar, tapi setelah banyak pertimbangan, akhirnya esok sorenya tika mau juga untuk ikut menemaniku bergabung di TBM Citra Raya.

Mendaftar dengan berbekal alasan cita-cita menjadi guru yang tidak terealisasi karena digerus pemikiran tentang realitas, aku yang memilih jurusan kuliah yang tidak ada nyambung nyambungnya sama sekali ke dunia ngajar-mengajar, dulu memilih untuk memendam keinginan menjadi guru dalam dalam.

Pertemuan pertamaku dan tika dengan tbm itu berlangsung malam hari, ingat sekali waktu itu hari jum'at, muter sana muter sini karena petunjuk maps yang tidak jelas, membuat waktu terbuang banyak hanya untuk mencari lokasi tbm, ternyata tbm bertempat di lantai 2 sebuah ruko yang dulunya ada toko ice cream di lantai 1 (sekarang bukan) dan senang sekali melihat calon relawan pertama yang kami temui itu seorang perempuan juga, namanya Mba Dahlia, dengan pesona mata sipitnya dan wajah karismatik ala-ala pegiat literasi yang sudah berkecimpung lama didunia yang baru saja aku masuki ini, kami memulai pembicaraan  perkenalan seputar taman baca yang dijelaskan langsung oleh owner tbm citra yaitu Ka Kris.

Kegiatan pertama kami di tbm dimulai dari ikut terlibat pada gelaran di Pesona Atlantis, perumahan dimana ka kris tinggal. Kikuk apa yang harus dilakukan sudan pasti jadi hal awal yang kami rasakan, menjejerkan buku buku diatas terpal, aku sendiri mengira ngira, oh jadi seperti ini kegiatannya ya, belum ada yg menarik perhatian sampai tiba-tiba segerombol anak anak bermunculan dari dalam perumahan menghampiri kami, excited sekali, ternyata itu terjadi setelah ka kris menyebar brosur dan mengajak langsung mereka serta orang tuanya untuk mampir ke gelaran kami yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk perumahan.

Aku yang memang lebih suka memilih pertemanan dalam lingkup kecil, selalu merasa enggan membaur dan mendominasi di masyarakat, tapi lambat laun, setelah bergabung, rasanya sebagai salah satu orang yang lahir dan besar di tanah air ini, aku menjadi sedikit lebih peka dan merasa harus ikut terlibat merubah pola pikir terhadap kondisi di masyarakat sekarang, yang memang hidup dengan mobilitas tinggi, semua serba cepat dan instan, sekalipun tepat waktu masih jauh dari jangkauan bahwa membaca adalah suatu budaya yg baik yang harus dibangun sejak kecil, bukan malah membiarkan sibuk seharian dengan gadged yg isinya hanya permainan yang tidak memberikan anak anak sekarang informasi yang bisa membuka wawasan mereka.

Melihat secara langsung daya minat baca yang sebenarnya masih ada dijiwa masyarakat kita, aku jadi sadar bahwa sebetulnya masyarakat juga tau jika membaca adalah jendela dunia, kita bisa tau banyak hal lewat membaca, hanya saja karena kemudahan informasi lewat gadged menjadikan buku buku fisik sedikit ditinggalkan padahal beda result apabila kita mendapat informasi dengan cepat atau meraba sedikit sedikit informasi yang kita dapat, lebih efektif untuk mengingat dalam jangka panjang apabila kita sedikit demi sedikit memperoleh informasi, bukan hanya sepintas lalu sudah. Nah hebatnya lagi disini, ka kris selalu menghubungkan membaca dengan menulis, sedikit-sedikit kami  didorong untuk membiasakan diri menulis, aku rasa kebiasaan ini memang harus dibentuk karena saat membaca, seseorang bisa saja lupa, tapi saat sudah menulis, seseorang bisa mengingat kembali apa yang pernah dibacanya atau peristiwa apa yang pernah dialami atau terjadi disekitarnya. "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." -Pramoedya Ananta Toer-

Satu persatu aku mulai mengenal dan paham akan kebiasaan anggota relawan yang lain, ada 5 orang relawan baru termasuk aku dan tika yg mendaftar sebagai relawan taman baca waktu itu. Mba novi, salah seorang relawan yang memang sangat mendedikasikan dirinya pada dunia literasi, terasa sekali atmosfer perbedaan antara ia dan relawan yang lain, sangat menyukai buku dan martabak, si antipati cabe ini sungguh mudah sekali membaur dengan relawan dari tbm lain. Ada satu lagi, iip namanya, tapi setelah gelaran pertama kami di Pesona Atlantis, ia tak pernah terlihat lagi, ntah tenggelam dalam kesibukan atau berpindah naungan. Bang aziz dan Bu indah yg senantiasa mengiringi perjalanan awal TBM Citra raya pun merupakan orang orang yang sangat hebat, mereka mampu teguh berjuang dalam pengembangan tbm sampai saat ini. Kami semua menjadi dekat karena dipertemukan dalam rumah yang menyenangkan, dengan anggota anggota baru yang terus bermunculan untuk turut serta membangun taman baca masyarakat citra raya.

Aku menjadi tergerak lagi dengan ini, menulis. Dulu sekali, blog yang beberapa waktu lalu sudah lapuk karna bertahun tahun tidak disapa, tidak diisi kata kata mesra tentang perjalanan keseharianku, kini mulai terasa lagi denyutnya, karena bersama mereka itu rasanya keinginanku menulis tersentuh lagi, nurani saya menagih lagi, kapan mau menulis lagi, meski dulu tidak seperti sekarang, sekarang menulis harus didasari keinginan kuat, belum jatuh hati kembali secara mendalam sampai rela bergadang semalaman berkutat dengan buku buku sebagai referensi tulisan. Pelan-pelan.